A.
KLASIFIKASI CEDERA
a) Luka merupakan
rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Seperti yang
dikemukakan oleh:
Taylor, (1997:23) mendefinisikan bahwa: “Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.” Dan juga yang dikemukakan oleh
Kozier, (1995:30) mendefinisikan bahwa: “Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ tubuh
lain.”
b) Lecet
merupakan hilang atau rusaknya
permukaan kulit yang
terjadi karena bergesekan dengan benda lain biasanya benda tersebut yang tidak tajam. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
R. Sjamsu Hidayat,
(1997:12) mendefinisikan bahwa: “Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zatkimia, ledakan,
sengat anlistrik atau gigitan hewan.”
Kozier, (1995:30) mendefinisikan bahwa: “Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ tubuh
lain.“
Morgan, (1993: 63)
menjelaskan bahwa: “Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah,
sehingga darah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya.” Hal ini juga
sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Hartono Satmoko, (1993:191)
menjelaskan bahwa: “Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang
terbatas disebut hematoma.”

f). Kram adalah nyeri akibat spasme otot (kejang/kakuotot) yang pada umumnya sering terjadi di
daerah kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras.
2) Cedera Sedang
a) Strain (cidera otot)
adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon (termasuk titik-titik
pertemuan antara otot dan tendon) karena penggunaan yang berlebihan. Hal ini dikemukakan oleh:
Menurut Giam dan Teh (1992), “Strain adalah
kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan
ataupun stres yang berlebihan.”
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum,
cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh:
Giam & Teh (1993: 92) “berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi,
dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress
berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari
sendi.”
7.
Stress dalam arti secara umum merupakan
perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal
sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan
penyesuaian. hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
3)
Cidera Berat
1.
Dislokasi meruapakan suatu kondisi
dimana posisi tulang pada tubuh tidak berada tempat yang tepat.hal ini seperti
yang dikemukakan oleh:
a. Arif
Mansyur, (2000:1138) “dislokasi adalah Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari
mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera.”
2.
Fraktura tulang atau patah tulang
merupakan terputusnya jaringan tulang dan/atau tulang rawan baik
seluruhnya atau hanya sebagian yang sebagian besar terjadi akibat ruda
paksa/benturan. hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
a.
Menurut FKUI, (2000:174), “fraktur
adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.” hal ini seperti yang
dikemukakan oleh:
b.
Back dan Marassarin, (1993:115)
berpendapat bahwa “fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang
terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.”
4)
Cidera Lainnya
1.
Kejang
merupakan gangguan sistem lokal atau sistemik sehingga kejang
bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan
adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang.
hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
a.
Menurut Tikoalu J.R, (2009:78) “kejang adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau
anak mengalami demam akibat proses di luar intrakranial tanpa infeksi sistem
saraf pusat. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat
menyebabkan kerusakan sel-sel otak.” hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
b.
Menurut
Consensus Statement on Febrile Seizures (1980:112) “Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu (suhu rectal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (diluar rongga kepala).”
2.
Syok merupakan kondisi kritis akibat
penurunan mendadak dalam aliran darah
yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk
mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan
nutrisi ke organ vital terhambat. hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
c.
Bruner &
Suddarth, (2002:93) “Shock adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut
fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan
oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.” hal ini seperti
yang dikemukakan oleh:
d.
Toni Ashadi, (2006) “Shock dapat didefinisikan
sebagai gangguan system sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya
perfusi dan oksigenasi jaringan.”
3.
Pingsan merupakan kehilangan kesadaran
pada diri seseorang untuk sementara (beberapa waktu).
4. Koma
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan hilangnya kesadaran dan
kewaspadaan, serta ketidakmampuan untuk dibangunkan.
5.
Mati suri adalah dimana kejadian orang
yang sudah mati dapat hidup kembali. Hal itu memanglah diluar logika kita
sebagai manusia, hampir tidak dapat dipercaya bagaimana mungkin orang yang
sudah divonis mati dapat hidup lagi.
6.
Pengertian
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal
ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya
minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan
keseimbangan zat elektrolit tubuh. hal ini seperti yang dikemukakan oleh:
a.
Lynda
Jual Carpenito, (2000:57) Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu
yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi
vaskuler, interstitial atau intra vaskuler. hal ini seperti yang dikemukakan
oleh:
b.
Sri
Ayu Ambarwati, 2003:143) “Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena
jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk.”

a.
Menurut Lazarus & Folkman, (1986)
“stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari
tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,
tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.” hal ini
seperti yang dikemukakan oleh:
b.
Chapplin, (1999:91) “Stres adalah suatu
keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis.”
Daftar pustaka
Andun Sujidandoko. 2000. Perawatan
dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Syamsuri
E. 1984. Cedera Dalam Olahraga.
Jakarta: PT Intan Pariwara.
Paul M. Taylor, dkk. 2002. Mencegah
dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
PRINSIP PRINSIP PENCEGAHAN CEDERA
1.
Faktor Fasilitas
v Pengertian Fasilitas
Fasilitas adalah
segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha
dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian
fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan
melancarkan usaha ini dapat
berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan
dengan sarana yang ada di sekolah. Fasilitas bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan
kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Sarana
prasarana olahraga adalah suatu bentuk permanen, baik itu ruangan di luar
maupun di dalam. Contoh : cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb.
(Wirjasanto 1984:154). Pengertian sarana prasarana tidak seperti yang di atas,
namun ada beberapa pengertian lain menurut sumber yang berbeda pula. Sarana
prasarana olahraga adalah semua sarana prasarana olahraga yang meliputi semua
lapangan dan bangunan olahraga beserta perkengkapannya untuk melaksanakan
program kegiatan olah raga.
Sarana
olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan jenis
peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olah raga. Prasarana
olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari tempat olahraga dalam
bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan memenuhi
persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olah raga. Dari
beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa sarana prasarana oloahraga
adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis
bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan olah raga. Sarana
prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat yang baik.
v Fasilitas dan Usaha Pencegahan Cedera
Karena Fasilitas
Usahakan suatu keadaan sekitar fasilitas olahraga yang
aman :
1) Singkirkanlah
batu, pecahan kaca, debu di lintasan atau tempat yang akan dipergunakan. Hal
ini akan mengurangi terjadinya luka lecet atau iris.
2)
Ratakan permukaan dan tutuplah lubang-lubang
yang ada, untuk mencegah kecelakaan, jatuh dan “sprain” dari pergelangan kaki.
3)
Menyediakan
ruang lebih yang cukup setelah garis finis atau sekitar lapangan pertandingan,
misalnya dengan menyingkirkan penghalang-penghalang,
penonton dan kursi-kursi.
Fasilitas olahraga yang tidak memadai akan lebih
mudah mengakibatkan cedera, maka fasilitas olahraga harus diperhatikan pada
saat ingin melakukan aktifitas olahraga. Seperti :
a.
Lapangan
b.
Stadion
c.
Hall
d.
GOR
e.
Gelenggang
f.
Treack
And Field
g.
Udara
h.
Sungai
i.
Danau
j.
Laut
k.
Pantai
l.
lapangan
hijau
2.
Penggunaan Sarana Pelindung
v
Pengertian Sarana Pelindung
Sarana pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga seperti proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack,
serta jenis olahraga yang khusus lainnya.
Sarana pelindung yang
standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering
menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu
adalah salah satu bagian peralatan/pelindung kaki dalam
berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang
olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling
banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan
dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari
orang lain.
v Jenis-Jenis Sarana Pelindung
Sarana pelindung adalah peralatan yang memadai dan
sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, yang akan menghindari terjadinya
cedera, sarana pelindung yang harus diperhatikan untuk melindungi bagian tubuh
adalah sebagai berikut :
1.
Pelindung
kepala : Helm, helmet, haed guard
2.
Pelindung
muka : Masker
3.
Pelindung
mata : Gogleus
4.
Pelindung
hidung : Nose Clip
5.
Pelindung
gigi : Gum shield
6.
Pelindung
leher : Neck guard
7.
Pelindung
tangan : Glop
8.
Pelindung
badan : Body profector
9.
Pelindung
paha / tungkai : Leg guard
10. Pelindung lutut : Knee
Pads
11. Pelindung alat kelamin
: Genital profector
12. Pelindung tulang
kering : Skin decker
13. Pelindung kaki :
Sepatu
3.
Faktor
Kebugaran Jasmani
v
Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan
tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan
kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan
yang berlebihan. Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah
setelah seseorang melakukan suatu kegiatan/aktivitas, masih mempunyai cukup
semangat dan energi untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk
kebutuhan-keperluan lainnya yang tajam.
Di bawah ini akan ada beberapa ahli yang menjelaskan tentang apa sebenarnya kebugaran jasmani
itu.
Menurut Judith Rink dalam Mochamad
Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang
menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti,
dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya
dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila
sewaktu-waktu diperlukan. Djoko Pekik (2004: 2), bahwa kebugaran jasmani
merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa
timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu luangnya.
Sedangkan menurut Engkos Kosasih
(1985: 10), kebugaran jasmani adalah suatu keadaan seseorang yang mempunyai
kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan, dan daya tahan untuk melakukan
pekerjaannya dengan efisien tanpa kelelahan. Rusli Lutan (2002: 7), kebugaran
jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang
memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Menurut Depdikbud (1997:
4), kebugaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan
kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara
efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas
lainnya.
T. Cholik Muthohir (1999) dalam
Ismaryati (2006: 40), menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan kondisi yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dengan produktif tanpa
mengalami kelelahan yang berarti.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani merupakan komponen
seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan efisien tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan
aktivitas selanjutnya.
v
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
Kondisi fisik adalah merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada
olahraga. Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu
melakukan aktifitas olahraga. Juga akan mengurangi keparahan apabila
mendapatkan cidera. Kemampuan maksimal dari penampilan seorang olahragawan akan
diperoleh dengan kecukupan dalam kekuatan otot dan keseimbangan, power, daya
tahan, kordinasi neuromuskuler, fleksibilitas sendi, daya tahan kardiovaskuler,
dan komposisi tubuh yang sesuai untuk olahraga.
Menurut Perry Howard (1997: 37-38)
faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah: umur, jenis kelamin,
somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan, gizi, berat badan, tidur atau
istirahat, dan kegiatan jasmaniah. Penjelasan secara singkat sebagai berikut:
1.
Umur
Setiap
tingkatan umur mempunyai keuntungan yang sendiri. Kebugaran jasmani dapat
ditingkatkan pada hampir semua usia.
2.
Jenis kelamin
Masing-masing
jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda. Secara hukum dasar wanita
memiliki potensi tingkat kebugaran jasmani yang lebih tinggi dari pria..
3.
Somatotipe atau bentuk tubuh
Kebugaran
jasmani yang baik dapat dicapai dengan bentuk badan apapun sesuai dengan potensinya.
4.
Keadaan kesehatan
Kebugaran
jasmani tidak dapat dipertahankan jika kesehatan badan tidak baik atau sakit.
5.
Gizi
Makanan
sangat perlu, jika hendak mencapai dan mempertahankan kebugaran jasmani dan
kesehatan badan. Makanan yang seimbang (12% protein, 50% karbohidrat, 38 %
lemak) akan mengisi kebutuhan gizi tubuh.
6.
Berat badan
Berat
badan ideal dan berlebihan atau kurang akan dapat melakukan perkerjaan dengan
mudah dan efesien.
7.
Tidur dan istirahat
Tubuh
membutuhkan istirahat untuk membangun kembali otot-otot setelah latihan
sebanyak kebutuhan latihan di dalam merangsang pertumbuhan otot. Istirahat yang
cukup perlu bagi badan dan pikiran dengan makanan dan udara.
8.
Kegiatan jasmaniah atau fisik.
Kegiatan jasmaniah atau fisik yang
dilakukan sesuai dengan prinsip latihan, takaran latihan, dan metode latihan
yang benar akan membuat hasil yang baik. Kegiatan jasmani mencegah timbulnya
gejala atrofi karena badan yang tidak diberi kegiatan. Atrofi didefinisikan
sebagai hilang atau mengecilnya bentuk otot karena musnahnya serabut otot. Pada
dasarnya dapat terjadi baik secara fisiologi maupun patologi. Secara fisiologi,
atrofi otot terjadi pada otot-otot yang terdapat pada anggota gerak yang lama
tidak digunakan seperti pada keadaan anggota gerak yang dibungkus dengan gips.
Atrofi ini sering disebut disuse atrofi. Sebaliknya, secara patologi atrofi
otot dibagi menjadi 3, yaitu: atrofi neurogenik, atrofi miogenik, dan atrofi
artogenik. Atrofi neurogenik timbul akibat adanya lesi pada komponen
motorneuron atau akson (Sidharta, 2008).
4. faktor psikologis
v
Pengertian Psikologi Olahraga
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
jiwa dan semua aspek tingkah laku manusia baik aspek kognitif, afektid, ataupun
psikomotor. Psikologi juga mempersoalkan inti dari jiwa manusia dan nilainya
bagi manusi itu sendiri serta disekitarnya.
Olahraga adalah Perilaku gerak manusia yang bersifat universal
yang tidak hanya berorientasi pada fisik semata, namun juga aspek
psikisnya.
Psikologi Olahraga menurut para ahli sebagai berikut :
o
Psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi partisipasi dalam olahraga dan latihan serta
pengaruh-pengaruh psikologis yang diperoleh dari partisipasi olahraga tersebut.
(Williams dan Straub, 1993).
o
Psikologi olahraga adalah studi ilmiah tentang individu dan perilakunya
dalam olahraga dan latihan. (Gould dan Weinberg, 1995).
v
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Psikologi
Secara umum faktor-faktor
yang
mempengaruhi psikologi dalam proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor
Internal
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
a. Faktor Psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan peserta didik, motivasi , minat, sikap dan bakat.
Ø Kecerdasan /intelegensia
siswa
Pada
umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar peserta
didik, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru/dosen, orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru/dosen professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada peserta didik.
Ø Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta
didik. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu
yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat
(Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari
sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu seperti
membaca buku. Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam
motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
a)
Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b)
Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c)
Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebagainya.
d)
Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
Ø Minat
Secara
sederhana, minat (interest) nerrti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat peserta didik agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk
membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara
lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
Ø Sikap
Dalam
proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap
siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, pendidik sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. yang dipelajari bermanfaat bagi diri peserta didik.
Ø Bakat
Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Karena
belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki
oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
2. Faktor
Eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
a. Lingkungan Sosial
1)
Lingkungan
social pendidikan, seperti guru/dosen, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
2)
Lingkungan
sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
3)
Lingkungan
sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
5.
Pengertian
Latihan-Latihan Progresip
Latihan progresip adalah latihan-latihan yang
menguntungkan pada saat dadakan. Perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian
beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifisitas dari latihan .
Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai,
efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe)
yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang
baik.
1.
Latihan
progresif untuk lari lintas alam, perlombaan atletik tes Pola NAPFA (lihat Bab
6) memerlukan waktu minimal 4 sampai 6 minggu (sebaiknya paling tidak 8 sampai
12 minggu).
2.
Petunjuk
resep ‘FITT’ dapat diterapkan untuk latihan – latihan progresif ini :
§ F
= Frekuensi
: 3 sampai 5 hari setiap minggu
§ I
= Intensitas
: Mulailah dengan 60 % sampai 75 % dari denyut jantung maksimal yang sebenarnya
atau yang diperkirakan menurut umur. Tingkatkan sampai 70 % - 85 %.
§ T
= Tipe aktivitas
: Aerobik (misalnya jogging), kalistenik (misalnya pere-gangan, menyentuh jari
kaki) dan latihan yang spesifik terhadap perlombaan (misalnya nomor – nomor tes
NAPFA).
§ T
= Time (Waktu) :
Setiap kali mulailah dengan berlatih 5 sampai 15 menit; tingkatkan sampai 30 –
60 menit.
menghitung denyut jantung atau nadi selama 6 detik
dan kalikan hasilnya 10 kali : menghitung denyut jantung atau nadi selama 6
detik dan kalikan hasilnya 10 kali :
Denyut permenit =
Denyut dalam 6 detik x 10
Kecepatan peningkatan latihan bergantung pada
tingkat kebugaran awal dari orang yang bersangkutan dan pada responnya terhadap
program latihan tersebut.
6.
Faktor
Prilaku Olahraga
“Aksi sama
dengan reaksi”, oleh karena itu :
1.
Perilaku
yang tidak sportif menimbulkan respon yang sama atau lebih jelek lagi.
2.
Kekuatan
(dan oleh karena itu juga cedera yang sama seringkali diderita baik oleh pelaku
maupun oleh calon korbannya. Sebagai contoh niat untuk menendang garas lawan
dengan kaki sering menyebabkan cedera pada garas sendiri.
7.
Warming
Up/Pemanasan
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat
membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan
menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode
pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat,
bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak
menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera,
tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih
efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena
peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah
berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
8.
Cooling
Down/Pendinginan
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap
sebelum latihan dihentikan. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika
latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam
vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat
dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari
berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
PRINSIP DASAR PENANGANAN DAN
PERAWATAN CEDERA
A. Prinsip Penanganan Pertama
Pulihnya atlet dan mampu aktif kembali sangat tergantung
dari keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang
diberikan. Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri,
keadaan ini paling banyak berlaku. Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlet terus
atau berhenti, untuk cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil,
tetapi untuk cedera yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan
atlet anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.
Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita,
untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada
tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal
yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya
yang terkenal yaitu:
1.
Prinsip RICE
R – Rest:Istirhat, mencegah agar tidak mengalami cedera lagi dan mengurangi
peredaran darah ke daerah itu. Penyembuhan karena waktu (Kravitz Len, 90:2001).
Jadi diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama
yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I – Ice : Es, sebaiknya segera ditempelkan
pada daerah yang cedera untuk menghilangkan pembengkakan. Satu bungkus es dapat
ditempelkan selama 10-20 menit secara priodik dalam waktu 24 jam pertama.
Langsung mesege dengan es dapat dilakukan selama 7-10 menit dengan efek yang
sama. Pengobatan panas dapat dilakukan setelah 48 jam, bersamaan dengan es,
untuk meningkatkan peredaran darah dan meningkatkan panas dalam badan untuk
memindahkan darah dan cairan yang berlebihan(Kravitz Len, 90:2001). Jadi terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : Penekanan, membantu mengurangi pembekakan dan pendarahan didalam.
Pembebatan adalah suatu cara yang bagus untuk melakukannya. Berhati-hatilah
jangan sampai mengganggu peredaran darah karena pembebatan terlalu kencang
(Kravitz Len, 90:2001). Jadi penekanan atau
balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih
lanjut.
E – Elevation : Dinaikkan, membantu mengurangi adanya pendarahan
didalam dan masuknya cairan yang berlebihan kedalam cedera. Bila mungkin,
naikkan daerah yang mengalami cidera lebih tinggi dari pada jantung pada semua
kesempatan sampai pembengkakan surut periksakan ke dokter bila perlu rasa sakit
yang terus-menerus, pembengkakan yang besar, dan perubahan warna yang jelas,
semuanya memerlukan evaluasi.
Penyebab dari terjadinya cedera harus pula
dikoreksi, sehingga tidak terjadi cedera lagi. (mungkin anda memerlukan sepatu
baru, mengurangi berat, latihan lebih singkat dan lain-lain). Mulailah proses
rehabilitasi anda dengan perenggangan dan penguatan dan kembalilah pada
tingkatan aktifitas semula stelah badan anda siap (Kravitz Len, 90:2001). Jadi peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis,
mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.
Penanganan Rehabilitasi Pada Cedera Olahraga Lanjut Pada
masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa : Pemberian
modalitas terapi fisik atau terapi dingin, cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
·
Kompress dingin
Teknik
:potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada
bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10
menit.
·
Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus
dengan lama 5-7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
·
Pencelupan atau peredaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam
bak air dingin yang dicampur dengan es.Lamanya 10-20 menit.
·
Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane
kebagian tubuh yang cedera.
Lucky Club Casino site & reviews 2021 - LuckyClub.live
BalasHapusLucky Club is the #1 online casino with sports betting, casino games, and live dealer games. 카지노사이트luckclub Sign up today! Rating: 4.1 · 7 votes